Senin, 05 Oktober 2009

Fenomena Leukemia

Di Belanda setiap tahun sebanyak 120 anak didiagnosa menderita leukemia. Dengan demikian leukemia menjadi penyakit kanker nomor satu pada usia belia.

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang banyak diderita anak maupun dewasa. Ada beberapa jenis leukemia. Leukemia lymphoblastic akut banyak diderita anak, sementara leukemia myeloid blastic akut lebih banyak diderita orang dewasa.

Leukemia paling sering melanda anak-anak antara usia empat sampai lima tahun dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Di Belanda, 80 persen anak-anak penderita leukemia limphoblastic akut bisa disembuhkan.

Penyebab belum jelas
Sampai sekarang penyebab leukemia belum jelas dan masih terbatas pada hipotesis-hipotesis yang ada, apakah disebabkan radiologi, insektisida, atau makanan instan misalnya.

“Tapi yang sangat menarik,” ujar Edi Supriadi, “adalah bahwa kenaikan penyakit leukemia di Amerika, sebanyak satu persen per tahun. Itu luar biasa banyak,” kata Edi. Edi sedang berada di Belanda dalam rangka menulis disertasi tentang leukemia dari aspek epidemiologi dan diagnosisnya.

“Coba bayangkan kalau satu persen per tahun, kemudian sepuluh tahun berapa? Sepuluh persen naiknya.”

Apa sebenarnya gejala dan tanda penderita leukemia pada anak?

“Gejalanya sebenarnya tidak begitu khas. Anak biasanya demam-demam ringan, sakit sendi, sakit pada otot-otot, kemudian berangsur-angsur pucat. Kemudian ada suatu kondisi di mana perutnya lebih besar karena ada pembesaran hepar atau hati dan limfa di situ.”

Leukemia kemudian bisa dideteksi dari hasil pemeriksaan darah di laboratorium, kata Edi.

Makanan perlu diperhatikan
Di Yogyakarta, kata Edi, dibangun gedung perawatan anak-anak dengan kanker, terutama leukemia. Memang di Jakarta sudah ada, yakni rumah sakit Dharmais, tapi itu lebih untuk penderita kanker secara umum.

Edi menganjurkan agar penjenguk penderita leukemia di rumah sakit juga memperhatikan makanan yang dibawa.

“Kita harus hati-hati supaya jangan sampai makanan itu terkontaminasi. Di budaya kita orang suka membawa makanan dari rumah atau jajan di luar kemudian dibawa ke rumah sakit, itu mereka lebih senang daripada makanan yang disediakan rumah sakit sendiri.”

Padahal makanan rumah sakit itu terkontrol. Sedangkan makanan dari luar tidak diketahui proses masaknya.

“Pemasakan kita nggak tahu. Proses transportasi dari warung ke rumah sakit, kita nggak tahu, apakah terkontaminasi. Padahal anak-anak yang sedang dirawat dengan penyakit kanker atau leukemia terutama itu, dalam kondisi di mana sistem ketahanan tubuhnya sangat lemah.”

Leukemia bisa disembuhkan, kata Edi. Tapi angka kesembuhan bervariasi.

“Di negara-negara yang sudah maju, angka kesembuhan pada akut limfoblastik leukemia ini kira-kira 80 sampai 90 persen, bahkan ada yang 94-95 persen. Tetapi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, problem tersendiri. Kita baru mencapai 30-40 persen.”

Merawat anak-anak penderita leukemia membutuhkan suatu perawatan pendukung yang bagus.

“Dengan mengontrol supaya jangan terjadi infeksi. Bagaimana dia nutrisinya sendiri. Itu adalah problem tersendiri bagi negara sedang berkembang.”

Perawatan kunci utama
Perawatan menjadi kunci utama di samping kemoterapi, kata Edi. Selain itu si pasien perlu banyak beristirahat, yang, kalau melihat budaya di Indonesia, bisa dikatakan hampir mustahil.

“Budaya kita di Indonesia bahwa seorang anak dikunjungi oleh lebih dari satu orang, misalnya bapak dan ibu. Dan yang berkunjung biasanya berduyun-duyun satu RT satu kampung datang ke situ. Itu yang sebenarnya kita harus waspadai benar. Karena dalam kondisi daya tahan minimal, dia akan sangat rentan dan orang yang keluar masuk tanpa cuci tangan akan mudah menularkan bakteri yang dia bawa.”
Edi Supriadi berharap disertasinya sudah bisa selesai tahun 2011 dan bisa bermanfaat bagi pihak kedokteran dan peneliti di Indonesia.

“Saya kira kita harus memotret, terutama untuk mengobati suatu masalah, kita harus tahu permasalahannya dulu. Itu yang saya lakukan, memotret kondisi leukemia di Indonesia.”

http://www.rnw.nl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar