Senin, 18 Januari 2010

Leukemia Bisa Disembuhkan

Leukemia atau kanker darah bukan lagi penyakit yang mengerikan. Penyakit yang beberapa tahun lalu bisa dikatakan vonis mati itu, kini bisa diobati, sehingga penderita sembuh total. Semakin dini kanker ditemukan kemungkinan sembuh makin besar. Hal itu mengemuka dalam seminar”Kanker pada Anak” yang diselenggarakan Yayasan Kanker Indonesia, Selasa (18/9/07) di Jakarta.

Menurut dr Djajadiman Gatot SpA(K) dari Sub Bagian Hematologi-Onkologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 persen). Disusul tumor otak (10-15 persen) dan kanker mata/retinoblastoma (10-12 persen). Sisanya, kanker jenis lain seperti kanker kelenjar getah bening, kanker saraf, dan kanker ginjal.

Gaya hidup dan paparan bahan karsinogenik bisa diabaikan sebagai penyebab kanker pada anak. Diduga kuat, kanker disebabkan kelainan genetik ditambah masuknya virus tertentu. Defisiensi atau kekurangan faktor imunitas serta paparan zat radioaktif dapat meningkatkan kejadian kanker.

“Setelah jatuhnya bom atom, terjadi peningkatan kasus leukemia pada anak di Jepang, karena ibunya terkena radiasi,” ujar Djajadiman.

Orangtua perlu mewaspadai jika anak sering tampak lesu dan lelah disertai pucat, demam yang tak jelas penyebabnya, perdarahan abnormal—seperti mimisan, bercak-bercak biru di kulit, serta rewel karena merasa nyeri pada tulang dan perut teraba keras atau membengkak. Kadang-kadang ditemukan benjolan pada kulit, pembengkakaan gusi, kelumpuhan otot wajah atau tungkai tanpa sebab yang jelas.

Dokter Maria Abdulsalam SpA (K) yang juga dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menambahkan, darah manusia terdiri dari cairan darah (plasma) dan sel darah yang beredar dalam pembuluh darah.

Secara garis besar sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sel daah putih berfungsi memberantas infeksi, sedang keping darah diperlukan untuk menghentikan perdarahan jika terjadi luka.

Di sel darah putih

Leukemia bisa tejadi di salah satu sel darah itu. Yang terbanyak di sel darah putih. Sel darah putih yang mengalami keganasan akan memperbanyak diri secara tak terkendali. Namun, sel yang terbentuk tidak normal dan tidak berfungsi. Sel-sel itu mendesak pertumbuhan sel darah putih yang normal maupun sel darah merah dan keping darah.

“Menurunnya sel darah putih menyebabkan anak mudah terkena infeksi, rendahnya sel darah merah menyebabkan anak pucat dan lemah, berkurangnya keping darah membuat anak mudah mengalami perdarahan yang sulit berhenti. Selain di permukaan tubuh, perdarahan bisa terjadi di saluan cerna, otak, maupun organ tubuh lain, dan menyebabkan kematian. Sel ganas bisa menyebar ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak, tulang,” papar Maria.

Penyembuhan

Terapi kanker, kata Djajadiman lagi, kini makin berkembang dengan ditemukan berbagai sitostatika (obat antikanker) yang ampuh memberantas sel kanker. Tujuan pengobatan, kini tidak hanya untuk memperpanjang usia, tetapi mengupayakan penyembuhan. Menurut dia, kemungkinan sembuh pada leukemia adalah 70-100 persen tergantung stadiumnya, sama dengan kemungkinan sembuh untuk kanker Wilms (kanker ginjal pada anak). Makin dini diobati, makin besar kemungkinan sembuh total.

Pada leukemia, pengobatan dilakukan dengan kemoterapi, sambung Maria. Masalahnya, obat sitostatika tidak hanya memberantas sel kanker. Sel-sel darah normal yang diproduksi dalam sumsum tulang turut terberantas, sehingga pasien mengalami kondisi yang sangat rawan terhadap infeksi, perdarahan, maupun kesehatan umum.

Sejalan dengan kemampuan untuk memberantas sel kanker, efek samping sitostatika mutakhir juga makin kuat. Oleh karena itu, perlu dipantau ketat efek samping terhadap hati, jantung, dan ginjal. Untuk itu, di samping sitostatika, penderita diberi pula obat penangkal efek samping, tranfusi darah, antibiotika, serta makanan bergizi.

“Pengobatan penderita leukemia harus dilakukan di rumah sakit dengan sarana lengkap, termasuk kamar bebas infeksi dan dilakukan oleh ahli,” tambah Maria.

Pencegahan

Penyakit leukemia tidak dapat menular. Namun disarankan untuk menghindari masuknya zat-zat kimia ke dalam tubuh, seperti debu, kapur, dan lainnya. Pencegahan leukemia adalah dengan mengkonsumsi vitamin A, C, buah-buahan segar serta sayuran yang kaya akan serat.

Perhatian : Pertolongan Pertama

Kulit:

Dengan segera, bilaslah kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian dan sepatu yang tercemar. Dapatkan perawatan medis. Cucilah pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu dengan seksama sebelum digunakan kembali.

Mata:

Bilaslah mata dengan segera dengan banyak air sekurang-kurangnya selama 15 menit. Bila mudah dilakukan, lepaskanlah lensa kontak, bila dipakai. Dapatkan perawatan medis dengan segera.

Bila dihirup:

Pindahkanlah ke udara segar. Bila korban tidak bernafas, berikanlah pernafasan buatan. Bila sulit bernafas, berikanlah oksigen. Teleponlah dokter.

Bila dimakan:

JANGAN mengusahakan muntah. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Bila korban sepenuhnya sadar, berikanlah segelas air. Jangan pernah memberikan sesuatu melalui mulut kepada orang yang tak sadarkan diri.

Catatan bagi dokter:

Amati untuk edema paru-paru yang laten. Pneumonitis kimia dapat terjadi setelah pemaparan pada pernafasan
Sourch; http://yuxie.wordpress.com

MENGENAL LEUKEMIA PADA ANAK, Deteksi Dini & Pengelolaannya

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi. Penyakit ini perlu mendapat perhatian karena leukemia merupakan keganasan yang terbanyak pada anak, diseluruh dunia mencapai 30-40% dari seluruh keganasan anak.
Setiap ditegakkan diagnosis leukemia baru pada seorang penderita, akan membawa banyak dampak permasalahan, diantaranya kesiapan mental/psikologi, dana, perawatan yang lama, kekhawatiran tidak bisa sembuh, dan komplikasi penyakit atau pengobatan. Dampak tersebut bukan hanya harus dihadapi orang tua/ keluarga penderita, tetapi juga oleh pihak petugas medis/ para medis, rumah sakit serta pihak-pihak lain yang terkait, sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut.
EPIDEMIOLOGI.
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun.
Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak.
Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15.
ETIOLOGI
Penyebab leukemia tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor dihubungkan dengan timbulnya leukemia. Faktor-faktor tersebut adalah radiasi pengion, zat kimia, obat, keluarga (genetik), infeksi virus, imunodefisiensi.
Kejadian leukemia meningkat pada orang yang terkena radiasi seperti yang terjadi di Hirosima dan Nagasaki setelah bom atom. Sedangkan obat-obatan adalah golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon, heksaklorosiklokeksan. Menurut Leiss dan Savitz (1995), penggunaan pestisida di rumah berkaitan dengan kejadian keganasan pada anak.
Faktor keluarga (genetik) dihubungkan dengan terjadinya leukemia karena pada kembar identik bila salah satu menderita leukemia maka kembarannya beresiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita leukemia. Leukemia banyak terjadi pada anak yang menderita kelainan kromosom seperti Sandroma Down, dan penyakit-penyakit genetik lainnya. Percobaan pada binatang menunjukan bahwa infeksi virus ribonucleic acid (RNA) berperan terhadap timbulnya leukemia, namun pada manusia masih perlu penyelidikan lebih lanjut.
Beberapa kondisi perinatal merupakan faktor resiko terjadinya leukemia pada anak, seperti yang dilaporkan oleh Cnattingis dkk (1995). Faktor-faktor tersebut adalah penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplementasi oksigen, asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil. Sedangkan Shu daa (1996) melaporkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol meningkatkan resiko terjadinya leukemia pada bayi, terutama LMA.
PATOGENESIS
Leukemia akut merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ. Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.
KELUHAN DAN GEJALA LEUKEMIA
Hipertrofi gusi terutama terjadi pada LMA. Infiltrasi ke kulit, yang dapat terjadi pada kelompok resiko standar dan tinggi, sering terjadi di kulit kepala, dan dapat merupakan gejala dini dari leukemia. Pada anak laki-laki, infiltrasi ke testis menyebabkan pembesaran testis yang tidak nyeri pada salah satu atau kedua testis, hal ini nantinya akan mempengaruhi prognosis karena menyebabkan kambuh. Umumnya gejala pada anak yang menderita LMA merupakan akibat dari gangguan sumsum tulang, seperti pada LLA, dan infiltrasi pada organ. Pembengkakan jaringan lunak di orbita dan gusi lebih menonjol.
DIAGNOSIS
Gejala klisnis dan pemeriksaan darah lengkap dapat menegakkan diagnosis leukemia. Namun, untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, dan dilengkapi dengan pemeriksaan radiografi dada, cairan serebrospinal, dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya. Cara ini dapat mendiagnosis sekitar 90% kasus, sedangkan sisanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika dan biologi molekular.
Pada saat diagnosis leukemia ditegakkan akan menimbulkan beberapa permasalahan, baik karena tindakan yang infasif maupun kondisi psikologi orang tua dan keluarga. Aspirasi sumsum tulang dan pungsi lumbal dapat menimbulkan nyeri dan ketakutan pada anak serta kekhawatiran pada orang tua, sehingga perlu penjelasan dengan edukasi, pemberian obat penenang dan pendekatan psikologi. Tindakan tersebut juga perlu dilakukan pada saat mengevaluasi perkembangan penyakit / kemajuan pengobatan, sesuai jadwal yang sudah ditentukan edukasi dan pendampingan orang tua pada saat dilakukan tindakan aspirasi sumsum tulang dan pungsi lumbal adalah langkah yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa percaya diri pasien.
TERAPI
Penanganan leukemia meliputi kuratif dan suportif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia, komplikasi dan tindakan yang mendukung penyembuhan, termasuk perawatan psikologi. Perawatan suportif tersebut antara lain transfusi darah/ trombosit, pemberian antibiotik pada infeksi/ sepsis, obat anti jamur, pemberian nutrisi yang baik dan pendekatan aspek psikososial.
Terapi kuratif/ spesifik bertujuan untuk menyembuhkan penderita. Strategi umum kemoterapi leukemia akut meliputi induksi remisi, intensifikasi (profilaksi susunan saraf pusat) dan lanjutan. Klasifikasi resiko standar dan resiko tinggi, menentukan protokol kemoterapi. Pada induksi remisi diberikan kemoterapi maksimum yang dapat ditoleransi dan perawatan suportif yang maksimum. Kemungkinan hasil yang dicapai remisi komplet, remisi parsial atau gagal. Intensifikasi merupakan kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplet dan untuk profilaksi terjadi leukemia pada saluran syaraf pusat. Hasil yang diharapkan adalah tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan kesembuhan. Pengobatan lanjutan sampai sekitar 2 tahun, diharapkan tercapai perpanjangan remisi dan dapat bertahan hidup.
Sitostatika yang digunakan pada tiap tahap pengobatan leukemia merupakan kombinasi dari berbagai sitostatika. Pengobatan dengan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) bermanfaat untuk mengatasi penurunan granulosit sebagai efek samping sitistatika, namun tidak mengurangi lama perawatan di rumah sakit.
Penderita dinyatakan remisi komplit apabila tidak ada keluhan dan bebas gejala leukemia, pada aspirasi sumsum tulang didapat selularitas normal dan jumlah sel blast < 5% dari sel berinti, hemoglobin > 12 gr/dL tanpa transfusi, jumlah sel leukosit > 3000/µl, dengan hitung jenis leukosit normal, jumlah granulosit > 2000/ µl, jumlah trombosit > 100.000/ µl, dan pemeriksaan cairan serebropinal normal.
Permasalahan yang dihadapi pada penanganan pasien leukemia adalah obat yang mahal, ketersediaan obat yang belum tentu langkap, dan adanya efek samping, serta perawatan yang lama. Obat untuk leukemia dirasakan mahal bagi kebanyakan pasien apalagi dimasa krisis sekarang ini, Selain macam obat yang banyak , juga lamanya pengobatan menambah beban biaya untuk pengadaan obat. Efek samping sitostatika bermacam-macam seperti anemia, pedarahan, rambut rontok, granulositopenia (memudahkan terjadinya infeksi), mual/ muntah, stomatitis, miokarditis dan sebagainya. Penderita dengan granulositopenia sebaiknya dirawat di ruang isolasi. Untuk mengatasi kebosanan karena perawatan yang lama perlu disediakan ruang bermain dan pelayanan psikologis. Penderita yang telah remisi dan selesai pengobatan kondisinya akan pulih seperti anak sehat. Problem selama pengobatan adalah terjadinya relap (kambuh). Relaps merupakan pertanda yang kurang baik bagi penyakitnya. Pada dasarnya ada 3 tempay relaps :
Intramedular (Sumsum tulang)
Ekstramedular (Susunan saraf pusat, testis, iris)
Intra dan ekstra meduler.
Relaps bisa terjadi pada relaps awal (early relaps) yang terjadi selama pengobatan atau 6 bulan dalam masa pengobatan dan relaps lambat (late relapse) yang terjadi lebih dari 6 bulan setelah pengobatan.
PROGNOSIS
LLA resiko normal prognosisnya lebih baik dari resiko tinggi. Faktor prognosis yang kurang baik antara lain : usia kurang dari 2 tahun, usia lebih dari 10 tahun, jumlah leukosit (sel darah putih) saat awal lebih dari 50x109/L, jumlah trombosit (keping darah) kurang dari 100x109/L, ada masa mediastinum, ras hitam, laki-laki, ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran hati lebih dari 3 cm, tipe limfoblas L2 atau L3, dan adanya penyakit susunan syaraf pusat saat diagnosisi. Viana dkk (1994) mendapatkan, penderita dengan gizi buruk (menurut standar tinggi badan/ umur) resiko kambuhnya lebih tinggi dibanding yang gizinya baik. Di Singapura walaupun ada perbaikan, 30%-40% penderita mengalami kambuh, dan kelompok ini prognosisinya baik. Perkembangan dan keberhasilan pengobatan pencegahan untuk leukemia meningeal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik memperbaiki secara progresif angka kesembuhan LLA pada anak. Angka kelangsungan hidup 5 tahun LLA sekitar 66-67%. Pada LMA, jumlah lekosit yang tinggi (>100.000/µL), ras hitam, koagulasi abnormal berprognosis jelek.
Sourch: http://majalahkasih.pantiwilasa.com

Senin, 05 Oktober 2009

Gertrude B. Elion: Biokimiawati penemu obat penyembuh leukemia

Ditulis oleh Yulianto Mohsin pada 03-09-2004

Di dalam kantornya yang kecil dan sedikit berantakan, ada beberapa map yang Gertrude Belle Elion simpan dengan baik. Di dalamnya ada surat-surat berisikan cerita-cerita yang menyentuh hati:

Yth. Doktor Elion:
Terima kasih! Berkat kerja keras Anda, dedikasi Anda yang sangat tinggi, obat penyembuh penyakit reticulum cell sarcoma anak saya berhasil ditemukan ketika dia berumur 15 tahun. Setelah menjalani operasi cobaan yang menemukan tumor besar di dalam dan di luar perutnya dan juga di kandung kencing serta tumor-tumor kecil lainnya di sekitar perut, dia diramalkan akan meninggal. Tumor-tumornya tidak pernah diambil dengan cara operasi, tapi ia menjalani terapi 6-mercaptopurine dan prednisone dengan radiasi yang banyak. Sekarang, 17 tahun kemudian, dia sudah bahagia menikah dan menjadi seorang kimiawan. Saya selalu menanyakan ke Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan dan inspirasi kepada para periset dalam kerja mereka. Sekarang saya tahu untuk siapa saya berdoa.

Dengan tulus,
Ibunya Jim

Yth Ibu Elion:
Ketika sedang membaca artikel mengenai hadiah Nobel Anda, saya diliputi perasaan takjub bukan main. Anak lelaki kecil saya dua tahun lalu didiagnosis mengidap penyakit lymphocytic leukemia. Sejak saat itu, dia meminum dua pil 6-mercaptopurine setiap malam. Di lingkungan keluarga kami, obat tersebut dikenal dengan nama 6-MP. Kami sudah lama bertanya-tanya siapa yang menemukan obat ini. Sekarang kami tahu. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kontribusi Anda yang telah membantu menyelamatkan satu nyawa manusia yang sangat dekat dengan saya. Untuk itu, izinkan saya menyampaikan ungkapan rasa syukur paling mendalam dan yang paling tulus, terima kasih!

Rabbi P.

Gertrude Elion - Trudy seperti yang dipanggil oleh kawan-kawannya - menyimpan surat-surat seperti ini karena isinya sangat menggembirakan hatinya. Untuk Trudy Elion, biokimia bukanlah ilmu pengetahuan abstrak. Tekadnya untuk menyembuhkan penyakit selalu mendapat inspirasi dari orang-orang biasa. Menemukan obat-obat bukan hanya merupakan karir bagi Trudy Elion, tapi merupakan misinya di dalam hidup.

Elion adalah figur yang unik di riset obat-obatan. Dia adalah salah satu ilmuwan di industri dan salah satu penerima hadiah Nobel di bidang sains yang tidak memiliki gelar S3. Risetnya merevolusi ilmu kedokteran dan cara pembuatan obat. Dia berhasil membuat transplantasi organ berhasil. Obat-obatnya membantu mentransformasi penyakit leukemia pada anak kecil dari suatu penyakit yang fatal menjadi penyakit yang 80% pengidapnya sembuh. Dia juga mengembangkan obat untuk herpes dan nyeri sendi, yang bisa berakibat fatal bagi pasien kemoterapi. Dia pula yang mengembangkan obat pertama yang menyerang virus-virus HIV. Risetnya memberikan fondasi untuk AZT, obat yang selama beberapa tahun adalah obat satu-satunya yang disetujui Federal Drug Administration (lembaga administrasi obat-obatan AS) untuk mengatasi pasien-pasien AIDS.

Yang lebih penting lagi selain menemukan obat-obat ini, Elion membantu cara baru penemuan obat-obatan. Ketimbang memakai metode uji coba (trial and error), dia dan kolaboratornya George Hitchings mempelajari perbedaan-perbedaan yang sangat susah dideteksi antara bagaimana sel-sel normal dan sel-sel abnormal bereproduksi. Dengan cara ini, mereka mengembangkan obat-obatan yang bisa menginterupsi siklus kehidupan sel-sel abnormal tanpa merusak sel-sel yang normal.

Masa mudanya, Trudy seorang gadis pemalu dan kutu buku yang memiliki rasa keingintahuan yang amat besar terhadap ilmu pengetahuan. “Tidak peduli apakah itu sejarah, bahasa, atau sains. Saya menyerap semuanya.” Idola-idola dia antara lain Louis Pasteur dan Marie Curie - “orang-orang yang menemukan sesuatu” - dan dia juga senang melahap buku-buku sains popular seperti Microbe Hunters karangan Paul de Kruif.

Trudy kuliah di Hunter College, kala itu sekolah khusus wanita bagian dari perguruan tinggi City College of New York. Kompetisi untuk masuk sangat besar, tapi beruntung nilai-nilainya sangat tinggi. Untungnya lagi, dia tidak perlu membayar sepeser pun. Lulus tahun 1937, Trudy Elion mendaftar ke 15 program pasca sarjana tetapi tidak mendapatkannya satu pun. Kelak di kemudian hari, dia sadar bahwa dia mengalami pendiskriminasian karena dia seorang wanita.

Karena tidak dapat melanjutkan pendidikannya, Trudy bekerja serabutan dan apa adanya. Setelah mengambil kursus sekretaris selama 6 minggu, dia sempat bekerja mengajar biokimia ke para calon perawat selama tiga bulan. Dia juga pernah bekerja di laboratorium seorang kimiawan secara gratis untuk belajar. Dengan uang hasil kerjanya, Trudy berhasil menyisihkan biaya satu tahun kuliah S2 di New York University. Untuk membiayai hidup, dia bekerja sebagai resepsionis di klinik seorang dokter. Sempat pula dia bekerja sebagai tenaga pengajar pengganti di sekolah-sekolah menengah umum di kota New York. Malam hari dan akhir pekan, waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan pendidikan lanjutannya.

Melalui kenalan bapaknya, akhirnya Trudy mendapat kesempatan melamar kerja di perusahaan farmasi Burroughs Wellcome (BW). George Hitchings, kimiawan yang mewawancarai dan menerima Trudy, di kemudian hari menjadi pembimbingnya dan salah satu orang-orang terdekat Trudy.

Sebagai seorang ahli asam nukleat (nucleic acid) lulusan Universitas Harvard, Hitchings tidak menyukai cara tradisional (trial-error) untuk menemukan obat. Dia menginginkan suatu pendekatan rasional yang berbasiskan pengetahuan akan pertumbuhan sel-sel. Semua sel-sel memerlukan asam nukleat untuk berkembang biak, tetapi sel-sel bakteri, tumor dan protozoa memerlukan jumlah yang banyak untuk menunjang perkembangan mereka yang cepat. Hitchings menghipotesis, sel-sel ganas ini berarti sangat rawan terhadap ganguan pada siklus hidup mereka.

Di tahun 1950, setelah lebih kurang 6 tahun bekerja di BW, Trudy berhasil mensintesis dua obat kanker. Yang pertama adalah senyawa purine yang menghalang pembentukan sel-sel leukemia. Ketika diuji coba pada hewan, obat ini bekerja dengan sangat cemerlang. Rumah sakit Sloan-Kettering Memorial mencobanya kepada dua pasien leukemia. Salah satunya adalah seorang wanita bernama J.B. Selama 2 tahun J.B. menunjukkan kondisi yang membaik sehingga para dokter menyetop pemberian obat. Dia bahkan menikah dan melahirkan seorang anak. Tetapi kemudian penyakitnya kambuh lagi dan meninggal dunia.

Peristiwa ini memberikan dampak emosional terhadap Trudy. “Kami melihat keringanan penyakit yang memberikan rasa suka cita, tapi kemudian penyakitnya kambuh lagi.” Hal ini memacu Trudy untuk mempelajari biokimia senyawa tersebut untuk lebih mengerti cara kerjanya. Pada akhirnya dia berhasil membuat dan menguji coba lebih dari 100 senyawa purine. Salah satunya, adalah senyawa 6-mercaptopurine (6- MP), di mana dia menggantikan atom oksigen dengan atom sulfur.

Uji coba obat ini pada tikus-tikus yang memiliki tumor menunjukkan hasil yang baik. Bukan saja tumor-tumor tersebut tidak bertumbuh, tetapi juga tikus-tikus ini bisa hidup dua kali lebih lama dibanding tikus-tikus lain yang tidak disembuhkan dengan 6-MP. Ketika obat ini diketahui dapat menyembukan pasien leukemia, FDA langsung memberikan ijin untuk mengkomersialkannya dengan nama Purinethol.

Dengan sendirinya, 6-MP tidak dapat menyembuhkan leukemia. Tetapi kombinasi obat ini dengan terapi kanker lainnya, termasuk pemberian thioguanine (senyawa yang Trudy juga sintesis) dan beberapa obat lainnya dapat membuat pengidap penyakit ini mengalami pembaikan. Setelah itu, selama beberapa tahun terapi sekitar 80% pasien dapat tersembuhkan.

Melihat para pasien leukemia yang membaik karena obat temuannya, terutama anak-anak, Elion berujar, “Kebahagiaan apa lagi yang lebih indah selain melihat hasil kerja Anda memiliki efek yang besar terhadap hidup orang-orang? Kami mendapat surat-surat dari berbagai orang, dari anak-anak pengidap penyakit leukemia. Anda tidak dapat mengalahkan perasaan yang didapatkan dari anak-anak itu.”

“Ini seperti menjadi dokter secara tidak langsung, Anda melakukan sesuatu terhadap orang-orang itu.” Trudy menjelaskan lebih lanjut. “Yang menjadi penengah itu para dokter, tapi perasaan gembira itu saya yang lebih merasakan karena saya tahu saya memberikan alatnya. Jadi ketika ada hadiah Nobel, semua orang menanyakan, ‘Bagaimana perasaan Anda menerima hadiah Nobel?’ Dan saya katakan, ‘Sangat senang, tetapi ini bukan berarti segalanya.’ Saya tidak mengecilkan nilai hadiah tersebut. Hadiah Nobel telah berlaku banyak untuk saya, tapi kalaupun tidak menerimanya, tidak akan ada bedanya bagi saya.” Upah hasil kerja kerasnya adalah menyembuhkan pasien-pasien.

Diterjemahkan dan disadur dari:
“Gertrude B. Elion”, Nobel Prize Women in Science oleh Sharon B. McGrayne

http://www.chem-is-try.org

Fenomena Leukemia

Di Belanda setiap tahun sebanyak 120 anak didiagnosa menderita leukemia. Dengan demikian leukemia menjadi penyakit kanker nomor satu pada usia belia.

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang banyak diderita anak maupun dewasa. Ada beberapa jenis leukemia. Leukemia lymphoblastic akut banyak diderita anak, sementara leukemia myeloid blastic akut lebih banyak diderita orang dewasa.

Leukemia paling sering melanda anak-anak antara usia empat sampai lima tahun dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Di Belanda, 80 persen anak-anak penderita leukemia limphoblastic akut bisa disembuhkan.

Penyebab belum jelas
Sampai sekarang penyebab leukemia belum jelas dan masih terbatas pada hipotesis-hipotesis yang ada, apakah disebabkan radiologi, insektisida, atau makanan instan misalnya.

“Tapi yang sangat menarik,” ujar Edi Supriadi, “adalah bahwa kenaikan penyakit leukemia di Amerika, sebanyak satu persen per tahun. Itu luar biasa banyak,” kata Edi. Edi sedang berada di Belanda dalam rangka menulis disertasi tentang leukemia dari aspek epidemiologi dan diagnosisnya.

“Coba bayangkan kalau satu persen per tahun, kemudian sepuluh tahun berapa? Sepuluh persen naiknya.”

Apa sebenarnya gejala dan tanda penderita leukemia pada anak?

“Gejalanya sebenarnya tidak begitu khas. Anak biasanya demam-demam ringan, sakit sendi, sakit pada otot-otot, kemudian berangsur-angsur pucat. Kemudian ada suatu kondisi di mana perutnya lebih besar karena ada pembesaran hepar atau hati dan limfa di situ.”

Leukemia kemudian bisa dideteksi dari hasil pemeriksaan darah di laboratorium, kata Edi.

Makanan perlu diperhatikan
Di Yogyakarta, kata Edi, dibangun gedung perawatan anak-anak dengan kanker, terutama leukemia. Memang di Jakarta sudah ada, yakni rumah sakit Dharmais, tapi itu lebih untuk penderita kanker secara umum.

Edi menganjurkan agar penjenguk penderita leukemia di rumah sakit juga memperhatikan makanan yang dibawa.

“Kita harus hati-hati supaya jangan sampai makanan itu terkontaminasi. Di budaya kita orang suka membawa makanan dari rumah atau jajan di luar kemudian dibawa ke rumah sakit, itu mereka lebih senang daripada makanan yang disediakan rumah sakit sendiri.”

Padahal makanan rumah sakit itu terkontrol. Sedangkan makanan dari luar tidak diketahui proses masaknya.

“Pemasakan kita nggak tahu. Proses transportasi dari warung ke rumah sakit, kita nggak tahu, apakah terkontaminasi. Padahal anak-anak yang sedang dirawat dengan penyakit kanker atau leukemia terutama itu, dalam kondisi di mana sistem ketahanan tubuhnya sangat lemah.”

Leukemia bisa disembuhkan, kata Edi. Tapi angka kesembuhan bervariasi.

“Di negara-negara yang sudah maju, angka kesembuhan pada akut limfoblastik leukemia ini kira-kira 80 sampai 90 persen, bahkan ada yang 94-95 persen. Tetapi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, problem tersendiri. Kita baru mencapai 30-40 persen.”

Merawat anak-anak penderita leukemia membutuhkan suatu perawatan pendukung yang bagus.

“Dengan mengontrol supaya jangan terjadi infeksi. Bagaimana dia nutrisinya sendiri. Itu adalah problem tersendiri bagi negara sedang berkembang.”

Perawatan kunci utama
Perawatan menjadi kunci utama di samping kemoterapi, kata Edi. Selain itu si pasien perlu banyak beristirahat, yang, kalau melihat budaya di Indonesia, bisa dikatakan hampir mustahil.

“Budaya kita di Indonesia bahwa seorang anak dikunjungi oleh lebih dari satu orang, misalnya bapak dan ibu. Dan yang berkunjung biasanya berduyun-duyun satu RT satu kampung datang ke situ. Itu yang sebenarnya kita harus waspadai benar. Karena dalam kondisi daya tahan minimal, dia akan sangat rentan dan orang yang keluar masuk tanpa cuci tangan akan mudah menularkan bakteri yang dia bawa.”
Edi Supriadi berharap disertasinya sudah bisa selesai tahun 2011 dan bisa bermanfaat bagi pihak kedokteran dan peneliti di Indonesia.

“Saya kira kita harus memotret, terutama untuk mengobati suatu masalah, kita harus tahu permasalahannya dulu. Itu yang saya lakukan, memotret kondisi leukemia di Indonesia.”

http://www.rnw.nl

Terapi Leukemia, Dari Kemoterapi Hingga Era Stem Cell Therapy

Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi yaitu jenis pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu atau kombinasi dari dua obat atau lebih. Pada jenis penyakit leukemia tertentu dilakukan terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, menggunakan terapi biologi jenis antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia. Jalan terapi selanjutnya dapat dilakukan melalui radioterapi dengan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sebuah mesin besar mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.

Terobosan terbaru adalah transplantasi sel induk / sel tunas (stem cell). Contoh penggunaan terapi stem cell yang sudah sering didengar adalah tranplantasi sumsum tulang untuk penderita keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti thalassemia. Kesulitan cara ini adalah pemenuhan syarat mutlak kecocokan HLA (Human Leucocyte Antigent) 100% antara donor dan resipien (penerima). Di samping stem cell dari sumsum tulang, diusahakan pula stem cell dari darah tepi dengan teknik penyaringan tertentu.

Sumber utama stem cell dalam tubuh tampaknya bukan sumsum tulang, melainkan cairan ari-ari (umbilical cord blood). Perkembangan sumber stem cell mencapai ke arah yang lebih baik yaitu dari darah tali pusat. Stem cell dari darah tali pusat cenderung lebih baik, karena lebih “murni” dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa. Perubahan genetik tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun faktor lingkungan (misalnya radiasi). Sel tunas pada ari-ari lebih segar, lebih plastis, dan lebih aktif ketimbang sel tunas dari sumber lain. Meskipun demikian, sel terbaik untuk dijadikan sumber stem cell adalah sel embrionik manusia, yang muncul pada embrio bayi yang berumur sekitar 7 hari. Sel ini merupakan sel-sel blastosit yang paling gesit. Namun, sampai saat ini, pengambilan sel tunas dari sumber ini masih menjadi kontroversi karena hal tersebut sama dengan membunuh sang janin.

Pada umumnya, Stem cell terletak di area tersembunyi yang kurang oksigen pada sumsum tulang. Sel-sel ini muncul ketika tubuh mengalami luka, menuju ke dalam sel otak ketika terjadi stroke, menyelinap ke sel darah merah ketika nyeri akibat leukemia muncul, dan seterusnya. Salah satu kelebihan sel tunas ini yaitu meski disuntik ke berbagai pembuluh darah, ia tak pernah lupa jalan pulang ke sel awalnya (sel yang mengalami cedera). Darah tali pusat juga belum mengandung sel-sel imun yang relatif matur, sehingga reaksi penolakan imunologis lebih rendah. Dengan demikian, darah tali pusat bisa ditransplantasikan ke pasien lain tanpa harus mendapatkan kecocokan HLA 100%. Kecocokan sekitar 60% sudah mampu mencegah reaksi penolakan. Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya penyakit darah yang diharapkan bisa diatasi dengan terapi stem cell.

http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia

Senin, 04 Mei 2009

Apa Kata Mereka Tentang Leukemia?

Penderita Leukemia

KESAKSIAN PENDERITA LEUKEMIA / KANKER DARAH

Saya Muhammad Hendra, saat menulis riwayat ini berumur 27 tahun. 4 bulan yang lalu setelah acara pernikahan saya pada tanggal 8 maret 2003, saya mengalami penurunan kondisi tubuh.

Tubuh terasa semakin lama semakin melemah dan akhirnya harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Borromeus.

Setelah melalui tes darah pada tanggal 23 Maret 2003 hasil laboratorium menunjukan data :

leukosit mencapai : 142.000 mm3 dengan Hb : 10 gr% dan Trombosit : 7000.

Selama di Rumah Sakit saya ditangani dengan baik oleh seorang profesor ahli penyakit dalam dan Hematologi. Dari beliau saya dinyatakan mengidap penyakit LEUKEMIA KRONIS. Saya dirawat di Rumah Sakit selama 2 minggu ditemani istri tercinta tanpa tahu apakah penyakit saya ini bisa disembuhkan atau tidak.

Setelah 2 minggu saya di rumah sakit Boromeus, saya diperbolehkan untuk pulang namun dengan kondisi yang masih belum normal dimana kondisi leukosit : 25.000 mm3 , Hb : 8 gr% , Trombosit ; 75.000, dan harus masih mengkonsumsi obat : Hydrea (3 x 1), Cravit (2 x 1) dan Norvast (2 x 1), dan saya diwajibkan kontrol setiap 2 minggu sekali ketempat praktek Bapak Profesor yang merawat saya tersebut diatas.

Pada tanggal 11 April 2003 Hb semakin menurun hingga 5 gr %, Leukosit 14.250 mm3 dan trombosit 85.000. Kondisi tubuh semakin melemah dimana saya hanya bisa berbaring saja ditempat tidur karena jangankan untuk berjalan, berdiri saja hampir tidak mampu saya lakukan.

Suatu hari kedua orang tua saya yang tinggal di Aceh datang ke Bandung dan memperoleh informasi tentang seni pernapasan tenaga dalam Bio Energy Power dari pendirinya, saya dianjurkan oleh orang tua saya untuk menghadap kepada Bapak Harry J Angga pendiri & pencipta Bio Energy Power.

Pada tanggal 14 April 2003 saya dengan kondisi yang sangat lemah menghadap langsung kepada Bapak Harry J Angga guna memperoleh penjelasan yang lengkap akan Bio Energy Power. dengan sabar beliau menjelaskan kepada saya tentang apa itu Bio Energy Power ,bagaimana mekanisme kerjanya dan pada akhirnya beliau memberikan saran agar saya :

  • Tetap melakukan kontrol dengan teratur sesuai jadwal yang ditentukan Bapak Profesor yang menangani penyakit saya dan melakukan latihan Bio Energy Power dengan rutin 3 kali sehari

Dengan keyakinan ikhtiar untuk sembuh adalah kewajiban saya, maka terhitung mulai hari itu selain obat yang diberikan dokter, saya mengikuti latihan Bio Energy Power dan disiplin melakukan latihan 3 kali sehari sesuai yang dianjurkan.

Alhamdulillah pada 3 hari pertama saya latihan badan terasa lebih segar, lebih bertenaga dan mampu berjalan dengan baik.

Pada tanggal 25 April 2003 setelah kondisi saya semakin membaik seseorang memberikan obat ramuan cina yang diyakininya akan mampu mengobati penyakit saya dan setelah saya makan obat tersebut kembali kondisi saya memburuk menjadi lemas dan muntah muntah dan setelah dilakukan pengecekan di laboratorium kondisi Hb saya masih 6,3 gr%, Leukosit 2500 mm3, trombosit 125.000, akhirnya setelah saya berdiskusi dengan Bapak Harry J Angga maka saya putuskan untuk menghentikan semua pengobatan kecuali :

  1. Memakan obat yang diberikan dokter

  2. Melakukan latihan Bio Energy Power dengan rutin 3 kali sehari.

Semakin lama badan terasa mulai membaik tepatnya dan tanggal 9 mei 2003 hasil pemeriksaan laboratorium saya menunjukan perbaikan dimana Hb: 9,7 ; Lkst: 6400; Trb:215.000, bapak Prof Dr yang menangani penyakit saya mulai mengurangi pemberian obat obatan dan masa kontrol saya yang tadinya 2 minggu sekali dirubah menjadi sebulan sekali, bahkan hasil lab pada tanggal 9 Juni 2003 menunjukan angka yang membaik dimana Hb:12,2 ;Lks:5700;Trb:235000.

Pada tanggal 8 Juli 2003 kembali saya ke lab dan hasil lab menunjukan angka yang memburuk dimana Hb : 11,9; Lkst: 14.700; Trbst: 165.000 berdasarkan hasil lab tersebut saya diskusikan dengan Bapak harry J Angga dan menurut Bapak Harry J Angga, pola makan yang kurang teratur serta stress dalam pekerjaan saya membuat kondisi saya kembali memburuk.

Atas saran beliau saya mengambil cuti bekerja dan konsentrasi dalam berlatih Bio Energy Power dengan tetap meminum obat obatan yang diberikan dokter.

Alhamdulillah pada tanggal 21 Juli 2004 saya kembali menghadap Bapak Profesor Dr yang merawat saya dengan hasil Lab leukosit yang menurun menjadi 8500 mm3, beliau menyatakan saya sudah sembuh ( remisi ) untuk sementara sehingga saya akhirnya hanya diberi vitamin Surbex Z.

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat hidup dengan normal dan terima kasih saya kepada Bapak Prof Dr Iman Supandiman dan Bapak Harry J Angga yang telah dengan sabar memberikan pengobatan serta bimbingan kepada saya, sehingga saat ini kehidupan saya berjalan dengan normal dimana saya sudah mulai bekerja dan mampu melakukan kegiatan saya sebagai kepala keluarga dan suami dengan baik.

Untuk rekan rekan saya yang senasib dengan saya ( penderita Leukemia Kronis ) saya berpesan :

YAKINLAH BAHWA HANYA TUHAN YANG BISA MENYEMBUHKAN KITA & YAKINLAH KESEMBUHAN HANYA AKAN DIBERIKAN TUHAN APABILA KITA BERJUANG DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH DENGAN CARA YANG BENAR.

Hormat saya;

Hendra


http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia

Waspada Leukimia

Leukimia belum diketahui penyebabnya. Penyakit leukimia merusak sel-sel darah putih atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai white blood cell (WBC). Dengan pengenalan dan penanganan dini, kesempatan untuk sembuh dari penyakit ini akan lebih baik. Berikut ini adalah gejala-gejala awal dari penyakit leukimia yang perlu Anda ketahui:

1. Anda sering merasa lelah? Leukimia dapat menyebabkan Anda mudah lelah, karena peningkatan produksi sel-sel darah putih mengakibatkan penyerapan energi yang besar dari tubuh.

2. Apakah berat badan Anda terus berkurang? Apakah Anda makan dengan porsi seperti biasanya, namun pakaian Anda semakin longgar? Leukimia menyebabkan berat badan berkurang, karena peningkatan produksi sel darah putih menyerap banyak kalori tubuh Anda.

3. Catat dan rasakan frekuensi sakit kepala/pusing dan kadang memunculkan rasa bingung. Peningkatan produksi sel darah putih yang tidak normal kemungkinan meresap ke sistem syaraf pusat.

4. Apakah Anak Anda seringkali berdarah, mimisan atau muncul lebam-lebam di beberapa bagian tubuhnya? Hal ini merupakan gejala umum penyakit leukimia pada anak. Disamping itu muncul bintik-bintik merah pada bagian tubuhnya, yang merupakan gejala umum leukimia anak yang lain, terkait dengan limpa dan pembengkakan hati.

5. Periksa jenis kepucatan Anda. Apakah anda kecerahan dan kebinaran wajah Anda mulai redum? Hal ini juga merupakan gejala umum leukimia. Peningkatan produksi sel darah putih yang tidak normal kemungkinan ‘mendesak’ sel darah merah anda, sehingga membuat anda menjadi seperti kurang darah.

6. Periksalah kelenjar getah bening Anda. Rasakan sesuatu di di bawah ketiak Anda atau tenggorokan atas Anda. Apakah Anda merasakan benjolan atau semacam pembengkakan di sana? Pembengkakan gejala getah bening merupakan gejala penyakit leukimia

7. Cobalah untuk merasakan dan mengingat-ingat apakah Anda pernah mendapati infeksi ringan namun tak kunjung sembuh? Walaupun tubuh Anda terus memproduksi sel darah putih, sebagai anti body tubuh anda terhadap infeksi., namun sel-sel darah putih yang diproduksi dari tubuh seseorang yang terkena leukimia tidak sempurna dan tidak dapat melindungi tubuh Anda.

8. Periksalah limpa Anda dengan cara: berbaringlah Anda di tempat tidur, letakkan telapak tangan Anda pada perut sebelah kiri, di bawah tulang rusuk. Rasakan apakah ada benjolan-benjolan kecil disana. Hal ini termasuk gejala leukimia.

9. Rasakan, apakah Anda sering berkeringat di malam hari disertai nyeri pada tulang dan perut mual/kembung. Waspadilah, karenatanda-tanda tersebut merupakan gejala leukimia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia